وَمَآ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ اِلَّا وَلَهَا كِتَابٌ مَّعْلُوْمٌ 4
Tafsir Kemenag
Pada ayat di atas, Allah swt telah menggambarkan kepada orang-orang kafir keadaan mereka di akhirat nanti dan saat menanggung azab yang pedih. Namun demikian, gambaran itu tidak membekas sedikit pun di hati mereka, bahkan mereka menganggap peringatan Allah itu sesuatu yang tidak ada artinya sama sekali. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw, jika mereka tetap ingkar sekalipun telah menerima peringatan dan pelajaran, untuk membiarkan mereka dalam kelalaian dan kelengahan seperti yang telah mereka lakukan, mengenyam dan mengecap segala kesenangan dan kelezatan hidup di dunia serta memperturutkan hawa nafsunya. Rasul juga diperintahkan untuk membiarkan mereka memakan makanan dan berbuat sesuka hati sampai kepada waktu yang ditentukan, berangan-angan dan berkhayal bahwa mereka akan memperoleh harta benda yang tidak terhingga banyaknya, memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti keturunan yang banyak, istana yang indah, serta memaksakan kehendak kepada musuh dan siapa yang mereka kehendaki.
Peringatan yang disampaikan Allah itu merupakan ancaman yang keras bagi orang-orang kafir, bahwa perbuatan dan tindakan mereka itu bertentangan dengan ajaran agama Allah, bertentangan dengan budi pekerti dan pribadi muslim.
Kehancuran budi pekerti dan kepribadian muslim itu dilukiskan dalam sabda Rasulullah saw:
Dari Amr bin Syuaib dari Nabi saw, beliau bersabda, "Kebaikan generasi pertama umat ini ialah dengan zuhud dan keyakinan. Sedangkan umat belakangan akan dirusak oleh kebakhilan dan angan-angannya." (Riwayat Ahmad, ath-thabrani dan al-Baihaqi)
Ali bin Abi thalib berkata, "Bahwasanya yang aku takuti atasmu ada dua perkara, yaitu panjang angan dan memperturutkan hawa nafsu. Maka sesungguhnya panjang angan membuat lupa kepada akhirat, sedangkan memperturutkan hawa nafsu menghalangi berlakunya kebenaran."
Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia