قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ 27
Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Tafsir Kemenag
Allah lalu memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya menanyakan kepada orang-orang musyrik itu, siapakah dan apakah sebenarnya berhala-berhala yang mereka persekutukan dengan Allah. Mereka diminta untuk menerangkan kepadanya siapa berhala-berhala itu, bagaimana sifat-sifatnya, nilai dan mutunya, serta kedudukannya. Mengapa mereka dijadikan sembahan, apakah memang dia berhak disembah?
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka itu sebagai tantangan dan pernyataan bahwa mereka tidak mempergunakan akal mereka karena menyembah sesuatu yang tidak ada nilainya, benda mati yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Sekali-kali tidak mungkin dan tidak masuk akal mempersekutukan benda mati dengan Allah Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui.
Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia