وَمَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۙ39
Tafsir Kemenag
Allah pada ayat ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran. Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata. Tidaklah patut bilamana Rasul itu dikatakan penyair padahal dia membawa ajaran yang benar. Ajaran yang sama telah dibawakan pula sebelumnya oleh para nabi-nabi terdahulu.
Ajaran tauhid yang dibawa beliau meneruskan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi dahulu, dan bukan sekali-kali buatan Muhammad saw. Jadi tuduhan kepada Rasul sebagai penyair dan orang gila hanyalah karena kebencian dan keingkaran semata-mata. Allah pastilah akan menimpakan azab yang pedih dan hukuman yang berat kepada orang-orang kafir yang menuduh Rasul dengan tuduhan nista itu. Azab bagi mereka yang ingkar kepada ajaran rasul-rasul itu bisa jadi dirasakan di dunia ini, sebelum dirasakan di akhirat. Seperti azab yang diderita oleh kaum Samud, Fir'aun dan lain-lain. Namun Tuhan tidak akan menurunkan azab kepada manusia kecuali hanya sebagai balasan dan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah berfirman:
Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya). (Fushshilat/41: 46)
Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia